Mencegah Hipertensi Dalam Kehamilan

Hamil merupakan momen yang membahagiakan bagi wanita. Dalam fase ini wanita biasanya mengalami banyak perubahan baik itu secara psikologis maupun psikis. Momen hamil juga banyak disebut sebagai kondisi rawan sebab jika sebuah gejala tidak diatasi secara tepat maka bisa berakibat pada keselamatan ibu dan bayi yang sedang dikandung. Salah satu gejala (bisa juga disebut penyakit) yang sering dijumpai pada ibu hamil adalah hipertensi. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dini dan serius sebab pengaruhnya cukup signifikan. Apa sebenarnya yang dimaksud hipertensi dalam kehamilan?

Jika didasarkan pada pendapat American Committee On maternal welfare, hipertensi dalam masa hamil dibatasi sebagai berikut:
  1. Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang angkanya di atas 30.20 mmHg jika dihitung dari nilai sebelum wanita hamil atau dikenal dengan istilah nilai transver pertama
  2. Kondisi dumana nilai tekanan darah absolute pada ibu melebihi angka 140/90 mmHg dalam setiap tingkatan atau stadium kehamilan.
Dalam dunia medis, hipertensi dalam kehamilan bisa diklasidikasikan atas empat jenis yakni:
  1. Hipertensi kronik. Yakni kondisi yang muncul sebelum hamil atau ada di saat umur kehamilan belum masuk ke dalam minggu ke-20.
  2. Hipertensi Gestasional. Merupakan jenis hipertensi yang muncul setelah umur kehamilan mencapai usia minggu ke 20 atau juga pada awal masa nifas namun tidak disertai dengan preeklamsia. Kondisi tersebut tak lain adalah hipertensi kronis yang tak terlihat dan berpotensi muncul lagi pada kehamilan wanita yang berikutnya.
  3. Hipertensi Pre-eklampsi. Adalah jenis hipertensi yang muncul di usia lebih dari 20 minggu dan kehadirannya disertai dengan edema juga protenuria.
  4. Jenis hipertensi yang terakhir adalah pre-eklampsi superimpose yakni gejala yang diderita ibu hamil dengan hipertensi kronik namun disertai dengan penyakit ginjal.
Penyebab Yang Susah Dideteksi
 


Meski telah diteliti secara serius, namun penyebab hipertensi dalam kehamilan masih belum diketahui secara tepat. Namu para dokter berpendapat bahwa apapun penyebab hipertensi ini namun akan selalu berhubungan dengan morbiditas pun mortalitas sang ibu dan janinnya. Meski belum didiagnosa secara benar namun beberapa pakar juga berpendapat bahwa penyebab hipertensi bisa saja genetika, atau karena ibu menderita penyakit endokrin seperti pada tiroid, ovarium dan juga adrenal. Tak jarang pula penderita hipertensi dalam kehamilan diketahu menderita penyakit ginjal menahun dan disinyalir sebagai salah satu penyebab.

Jika hipertensi tidak ditanggulangi secara benar mama bisa berujung pada nyawa ibu dan bayinya.  Untuk menentukan penanganan yang tepat, harus melalui pemeriksaan dokter terlebih dahulu sebab tidak semua hipertensi dalam kehamilan memerlukan penanganan yang sama. Namun secara garis besar, dokter akan meminta anada untuk membatasi asupan makana tertentu terutama protein dan garam, membatasi aktifitas yang tidak perlu, menjauhi stress, diberi obat anti-hipertensi. Terkadang juga dokter memberi aspirin pada penderita hipertensi  dalam dosis rendah. Jadi, jika Anda merasakan gejala hipertensi, segera ke dokter!