Anemia Pada Kehamilan: Ketahui dan Lawan!

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia WHO pada tahun 2005, ditemukan fakta bahwa sebanyak 35% ibu yang sedang hamil mengalami kekurangan darah atau Anemia. Hal yang mencengangkan sebab sebanyak 75% ibu tersebut berada di Negara yang sedang berkembang. Memang anemia pada kehamilan merupakan persoalan yang sedang diperangi oleh Kementrian Kesehatan. Jika didasarkan pada statistik, di Indonesia sendiri, sebanyak 62,3% ibu mengalami anemia defisiasi besi atau biasa juga dikenal dengan singkatan ADB. Apa sebenarnya anemia pada masa kehamilan itu?

Kekurangan Zat Besi

Menurut buku yang diterbitkan secara berkala oleh Kementrian Kesehatan, yang dimaksud dengan anemia dalam masa hamil adalah kondisi dimana wanita memiliki jumlah hemoglobin yang sangat rendah di bawah 11 gram di trimester I dan juga II atau kurang dari 10,5 gram di trimester II. Jika hemoglobin menurun maka kapasitas angkut oksigen yang dibutuhkan oleh organ penting ibu dan juga janin akan ikut berkurang.  Fungsi hemoglobin ini cukup fundamental sebab jika jaringan kekurangan oksigen maka proses metabolisme di dalam tubuh akan terganggu. Kebanyakan ibu hamil di Indonesia mengalami anemia defiasi zat besi atau ADB. Zat besi sendiri merupakan komponen bahan baku pembuatan sel darah merah atau hemoglobin. Jika ibu hamil kekurangan zat besi maka hemoglobinnya akan berkurang yang berakibat pada jumlah oksigen yang dialirkan dan sebagai muaranya, metabolisme untuk membakar energi menjadi berkurang. Ibu yang mengalami hal ini akan susah beraktifitas normal dalam kesehariannya.

Perbaiki Pola Konsumsi!



Dalam kondisi hamil, wanita jadi dua kali lebih rentan terhadap ADB sebab pada fase tersebut sang janin ikut menimbun cadangan zat besi untuk digunakan dirinya  setelah ia lahir. Oleh seba itu, dalam kondisi hamil ibu dituntut untuk memperhatikan asupan zat besinya agar kebutuhan janin dan juga ibu bisa terpenuhi dengan baik. Jika tidak maka ibu pasti mengalami masa yang berat. Adapun gejala yang bisa timbul akibat anemia pada kehamilan adalah keluhan lemah, terlihat sangat pucat, sering pingsan, lelah dan lain-lain. Meski demikian, tekanan ibu cenderung stabil. Hal ini patut diwaspadai sebagai gejala anemia defisiensi zat besi. Untuk akurasi, sebaiknya ibu memeriksakan darah di dokter.

Jika Anda benar-benar mengalami anemia pada kehamilan Anda, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi. Meski demikian, Anda tetap dituntut untuk memperbaiki pola konsumsi Anda. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi misalnya heme iron yang mudah diserap oleh tubuh. Zat besi yang satu ini paling banyak ditemui pada makanan seperti telur dan juga daging merah. Sementara itu, zat non heme iron  bisa diperoleh dari sayuran seperti bayam, buncis juga brokoli. Setelah konsumsi zat besi Anda telah baik, jangan lupa untuk menambahkan sejumlah makanan yang membantu penyerapan zat besi utamanya non heme iron yang susah dicerna. Konsumsilah buah-buah yang kaya akan vitamin C misalnya jeruk, papaya, kiwi dan lain-lain. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kafein seperti coklat, kopi, atau teh. Sebab kafein bisa menghambat penyerapan zat besi!